CARA MENANAM BAWANG MERAH SENDIRI DI DALAM POLIBAG

Muqaddimah
Bawang merah merupakan komoditas penting yang hampir tak pernah luput dari kehidupan manusia setiap harinya. Bawang merah maupun bawang putih merupakan kebutuhan pokok dari manusia dari zaman prasejarah hingga era modern. Bawang merah berasal dari Asia Tengah atau Asia Selatan, kemudian menyebar sampai ke India dan Mediterania timur. terdapat banyak sekali spesies bawang merah dan varietasnya, namun yang umum dibudidayakan secara luas diseluruh dunia  adalah jenis Allium cepa.

Bawang merah tumbuh baik didaerah kawasan Mediteranian, Iran, China, dan India utara, dimana karakteristik dari daerah tersebut adalah dingin kering dengan kelembapan rendah. Umumnya karakteristik lingkungan seperti ini kita jumpai di daerah subtropis, dan tropis pegunungan, Namun beberapa dataran rendah terkadang juga cocok dengan didukung curah hujan dan kelembapan rendah serta intensitas cahaya tinggi. Curah hujan rendah dan kelembapan rendah diperlukan untuk menghindarkan bawang dari penyakit tanaman yang menyukai seperti fungi. Selain itu tingkat kelembapan rendah dan intensitas cahaya tinggi dapat mempercepat laju fotosintetis sehingga menghasilkan umbi yang maksimal.

Di Indonesia tidak semua wilayah memiliki karakteristik tersebut bahkan cenderung sedikit. Curah hujan tinggi khas daerah tropis menjadi kendala bagi produktivitas dari bawang merah di negeri tercinta. Sentra produksi bawang merah antara lain dari daerah Nganjuk, Pacitan, Malang (Jatim), Tegal, Brebes, Karanganyar (Jateng), Garut, Bandung (Jabar), NTB, Sumbar, Sumut, Sumsel, Kalsel, Sulsel. Umumnya daerah daerah tersebut memiliki satu kesamaan yakni jenis tanah yang lempung atau berpasir. Tanah lempung memiliki porositas tinggi sehingga mengurangi tingkat kejenuhan air tanah di musim hujan (Berkebalikan 180 derajat dengan tanah gambut). Kandungan air tanah yang tinggi seringkali menyebabkan umbi bawang membusuk akibat serangan organisme tanah, baik fungi, bakteri maupun serangga atau larva. Sangat wajar jika harga akan melambung tinggi pada musim ini. Sedangkan musim kemarau adalah musim terbaik untuk produksi bawang merah, karena hampir semua syarat-syarat lingkungan terpenuhi.

Bawang dapat tumbuh optimal jika dibudidayakan di tanah subur (dengan porositas tinggi, kandungan bahan organik (C ratio) yang cukup). Tanah liat berpasir, dengan kandungan organik cukup yang telah dikeringkan sebelumnya, sangat baik karena bersifat rendah sulfur. Tanah liat biasanya memiliki kandungan sulfur yang tinggi dan menghasilkan umbi yang kurang bagus. Bawang memerlukan   nutrisi tinggi yang tersedia dalam tanah. Fosfor seringkali terdapat dalam jumlah yang cukup, namun dapat diaplikasikan sebelum tanam karena tingkat ketersediaan rendah pada tanah dingin. Nitrogen dan Kalium dapat aplikasikan secara berkala selama musim tanam. Aplikasi terakhir nitrogen setidaknya diberikan empat minggu sebelum waktu panen, untuk meningkatkan pertumbuhan jaringan tanaman, sehingga dapat memperbesar umbi.

Persiapan Media Tanam

Dalam persiapan media tanam hal utama yang wajib diperhatikan yaitu sterilisasi media tanam. Sterilisasi dilakukan dengan pengeringan media terlebih dahulu dengan menjemur media tanam dibawah terik matahari, hingga kering. Sinar UV dari matahari adalah desinfektan alami yang disediakan alam. Secara alami sinar UV intensitas tinggi dapat mematikan spora jamur dan bakteri, yang nantinya berpotensi tinggi dalam menganggu pertumbuhan, bahkan menyebabkan kematian tanaman bawang.

Media tanam diletakkan  pada terpal atau sak diratakan hingga ketebalan menjadi 3 cm atau kurang dari itu. Sebenarnya boleh lebih tebal dari itu, namun nantinya penjemuran akan lebih lama dan harus dibolak balikkan lebih merata.. Jika kondisi matahari terik dari pagi sampai sore maka penjemuran cukup sehari dilakukan, jika agak redup  atau banyak medung, maka bisa 2-3 hari. Setelah media kering maka dimasukkan ke polibag.

Satu jam sebelum tanam tanah yang kering tadi dilembabkan dengan menggunakan sprayer. Hendaknya tidak dilakukan dengan menuangkan/ mengalirkan air langsung, karena dapat terlampau basah dan mengumpalkan media tanam. Tanah yang lembab kemudian diaduk merata, dan jangan ditekan atau dimampatkan. Media dibiarkan agak longgar sehingga dapat mempercepat pertumbuhan akar.

Menanam Bawang di Polibag

     Dari penjelasan diatas anda tentu memahami bagaimana tanaman bawang merah begitu manja, dan memerlukan kondisi lingkungan yang sangat spesifik. oleh karena itu kita akan bahas sedikit cara menanam bawang merah skala kecil dan sederhana. langkah awal yang harus anda lakukan adalah potong bagian ujung atas umbi bawang merah kira-kira seperempat sampai sepertiga bagian. Selanjutnya keringkan secukupnya dengan dianginkan atau dijemur dibawah terik matahari. Setelah itu umbi bawang ditempatkan pada media tanam yang sudah disiapkan. Agar proses inisiasi tunas lebih cepat , maka hendaknya diletakkan ditempat yang gelap, dan lembab. Tempat yang gelap akan mempercepat kinerja hormon auksin untuk pertumbuhan dan pemanjangan jaringan tunas.

    Setelah diperoleh bibit umbi bawang yang bertunas anda dapat memindahkannya ke polibag.  Secara bertahap selama satu minggu tanaman dipindahkan dari tempat gelap ke area cahaya matahari penuh  Pada tahap awal usahakan kadar air tanah tidak terlalu banyak. cukup sekedar lembab saja. Setelah kira kira umur 2 minggu anda boleh menyiramnya dengan sprayer (hal ini dapat berubah tergantung kondisi cuaca dan penguapan yang dilepas ke lingkungan).Penyiraman dengan sprayer bertujuan agar diperoleh kelembapan tanah merata dan tidak jenuh air.

      Setelah tanaman berusia 15 Hst  maka kita dapat menambahkan pupuk organik. Jika anda menghendaki bertanam secara organik maka ulangi pemeberian pupuk setiap 2 minngu sekali. Namun jika anda menghendaki bertanam secara konvensional dengan hasil yang bagus anda dapat mengaplikasikan pupuk NPK pada umur 25-30 Hst. Dan pupuk urea pada 40-45 Hst untuk mempercepat laju pemanjangan dan perluasan permukaan daun bawang, sehingga proses fotosintetis akan berjalan lebih maksimal guna penyimpanan nutrisi pada umbi bawang merah.

    Hindari pemberian pupuk urea pada tanaman muda (<40 hari) karena dapat menginisiasi pemanjangan daun berlebihan sehingga mudah rebah dan mengundang penyakit. guinakan pupuk organik dan NPK diawal untuk menguatkan tanaman, baru kemudian urea. Pemupukan urea terakhir dapat dilakukan 2 minggu menjelang tanaman akan dipanen. Tanaman dapat dipanen ketika berusia 2,5- 3 bulan tergantung varietas yang anda tanam.

Pemanenan

karena ditanam dipolibag anda memiliki keuntungan dalam proses pemanenan. Pemanenan dari polibag sangatklah mudah karena dapat dilakukan secara manual tanpa menggunakan alat cangkul atau alat bantu lainnya . Tinggal cabut langsung dapat. setelah itu anda dapat mengering-anginkan bawang merah atau dijemur dibawah terik matahari. Hindari pencucian dengan air sebelum penjemuran. Untuk membersihkan sisa media tanam yang menempel pada umbi, sebaiknya umbi bawang cukup dilap menggunakan lap bersih.



Coke

Raw coke
Coke is a fuel with a high carbon content and few impurities, usually made from coal. It is the solid carbonaceous material derived from destructive distillation of low-ash, low-sulphur bituminous coal. Cokes made from coal are grey, hard, and porous. While coke can be formed naturally, the commonly used form is synthetic. The form known as petroleum coke, or pet coke, is derived from oil refinery coker units or other cracking processes.
Coke is used in preparation of producer gas which is a mixture of carbon monoxide (CO) and nitrogen (N2). Producer gas is produced by passing air over red-hot coke. Coke is also used to manufacture water gas.

KUPU-KUPU GAJAH TERNYATA BUKAN KUPU-KUPU?



Kupu-kupu Gajah (Attacus atlas)


Sebenarnya apa yang disebut kupu gajah oleh masyarakat umum adalah sejenis ngengat bertubuh besar yang menyebar luas di wilayah tropis dan subtropis Asia Tenggara, sangat umum ditemukan di negeri kita Indonesia. Spesies ini dikenal luas oleh masyarakat Internasional sebagai Atlas moth.




Dari namanya , sudah terlihat jelas bahwa istilah (Moth= Ngengat) berbeda dengan (Butterfly= Kupu-kupu). Tapi dari wujud fisiknya ( morfologis), Jika tak jeli kita akan sulit membedakan antara ngengat dan kupu-kupu.







Kedua binatang ini memiliki kesamaan, yaitu sama-sama dari familia Lepidoptera. Secara morfologis, keduanya memiliki perbedaan yang dapat dengan mudah kita identifikasi. Berikut empat perbedaannya, seperti dilansir oleh Sciencebob.com:


1. Kupu-kupu kalau hinggap dan beristirahat di suatu tempat, akan menutup kedua sayapnya. Sedangkan ngengat akan membiarkan sayapnya terbuka lebar.

2. Kupu-kupu memiliki antena yang panjang dan tipis. Sedangkan antena ngengat lebih pendek dan berbulu.

3. Kupu-kupu lebih aktif mencari makan pada siang hari (diurnal). Sedangkan ngengat aktif pada malam hari (nocturnal).

4. Ngengat kebanyakan akan menghasilkan kepompong sutra, sedangkan kupu-kupu biasanya membuat kepompong yang mengkilap.


Kupu-kupu gajah kerap dianggap sebagai ngengat yang terbesar di dunia, khususnya terkait luas permukaan sayap-sayapnya, yang mencapai 400 cm². Rentang sayapnya pun termasuk salah satu yang terlebar, hingga lebih dari 25 cm (10 in). Ngengat betina ukuran tubuhnya lebih besar dan lebih berat daripada yang jantan.




Ngengat ini dinamai kupu-kupu gajah. Ini disebabkan karena ukuran tubuhnya yang besar, seperti halnya Gajah. Dalam bahasa asing, disebut ngengat atlas karena dikaitkan dengan tokoh mitologi Yunani Atlas, juga karena pola-pola di sayapnya menyerupai peta.D bahasa orang Kanton di Hongkong namanya berarti "ngengat kepala ular", merujuk pada gambaran di ujung sayap depannya yang mirip kepala ular.

Larva spesies ini yang berukuran besar dikenal sebagai ulat keket (Jawa: uler kékét), atau ulat jedung.







Perangko bergambar ngengat gajah dari Jepang

yangmemiliki rentang sayap terlebar sejauh ini adalah Thysania agrippina.  Salah satu spesimen kupu-kupu gajah yang terbesar dari Jawa tercatat memiliki rentang sayap 262 mm, sementara rentang sayap Thysania diklaim sekitar 270–280 mm (11 in).

Manfaat

Ulat keket Attacus atlas menghasilkan benang sutera yang dijalinnya menjadik untuk melindungi dirinya ketika menjadi kepompong. Sutera yang dihasilkannya, dikenal sebagai sutera liar atau sutera alam, dianggap memiliki banyak keunggulan dibandingkan dengan sutera hasil peliharaan ulat Bombyx mori. Kain sutera liar ini lebih sejuk saat dipakai, tahan kusut, anti alergi, lebih halus, dan memiliki variasi warna eksklusif. suteraDi India ulat keket dikenal sebagai fagara.


Ulat keket atau ulat jedung ini juga dapat memakan pelbagai jenis daun tumbuhan. Di antaranya, yang biasa dijadikan pakan adalah daun tanaman dadap gempol, keben, poncosudo, s  avocado dan Senggugu (Clerodendron).

Thariq bin ziyad Penakhluk andalusia

assalamualaikum warhmatullahi wabarakatuh
saudara saudaraku sekalian dimanapun anda berada.
Berjarak setahun setelah misi intelijen Tharif bin Malik  yang sukses, Musa bin Nushair, Gubernur Afrika Utara memutuskan untuk segera dilakukan penaklukan terhadap Andalusia.Lalu diangkatnya Thariq bin Ziyad (50-102H/670-720 H) sebagai Panglima perang. Dan sedikit sekali buku sejarah kita yang dipelajari di madrasah menuturkan bahwa Thariq bin Ziyad adalah bangsa Berber Afrika Utara ,bukan bangsa Arab. Begitulah betapa bijak Musa bin Nushair dalam membuat keputusan fair tanpa memandang kebanggaan terhadap sukunya atau kaumnya. Beliau tentunya paham betul bahwa tidak ada kelebihan atas orang aram dan orang ajam (nonarab) kecuali ketaqwaannya. Thariq bin Ziyad dipilih bukan tanpa alasan, melainkan karena Kapasitas dan kapabilitasnya.Hal ini juga diperkuat dengan fakta Thariq adalah suku asli barbar(amazing)Afrika Utara yang mana merupakan unsur terbesar dari pasukan penakhluk yang diberangkatkan. Dengan demikian akan sangat menguntungkan dalam hal komunikasi terhadap pasukannya, mengingat saat itu belum banyak muslim barbar yang menguasai bahasa Arab, sementara itu Thariq menguasai baik bahasa Arab maupun bahasa Barbar. Disampingnya itu keberadaan Thariq sebagai putra pribumi Maghribi tentunya jika akan meningkatkan mental psikologis dan semangat pasukan yang didominasi oleh kalangan barbar, dan mengikis fanatisme kesukuan.

APHIDS





Related image


Aphids are small, soft-bodied insects with long, slender mouth parts that they use to pierce stems, leaves, and other tender plant parts and suck out plant fluids. Almost every plant has one or more aphid species that occasionally feeds on it. Many aphid species are difficult to distinguish; however, identification to species is not necessary to control them in most situations.

IDENTIFICATION

Aphids may be green, yellow, brown, red, or black depending on the species and the plants they feed on. A few species appear waxy or woolly due to the secretion of a waxy white or gray substance over their body surface. All are small, pear-shaped insects with long legs and antennae. Most species have a pair of tubelike structures called cornicles projecting backwards out of the hind end of their bodies. The presence of cornicles distinguishes aphids from all other insects.
Generally adult aphids are wingless, but most species also occur in winged forms, especially when populations are high or during spring and fall. The ability to produce winged individuals provides the pest with a way to disperse to other plants when the quality of the food source deteriorates.
Although they may be found singly, aphids often feed in dense groups on leaves or stems. Unlikeleafhoppersplant bugs, and certain other insects that might be confused with them, most aphids do not move rapidly when disturbed.

LIFE CYCLE

Aphids have many generations a year. Most aphids in California's mild climate reproduce asexually throughout most or all of the year with adult females giving birth to live offspring (often as many as 12 per day) without mating. Young aphids are called nymphs. They molt, shedding their skins about four times before becoming adults. There is no pupal stage. Some species mate and produce eggs in fall or winter, which provides them a more hardy stage to survive harsh weather. In some cases, these eggs are laid on an alternative host, usually a perennial plant, for winter survival.
When the weather is warm, many species of aphids can develop from newborn nymph to reproducing adult in 7 to 8 days. Because each adult aphid can produce up to 80 offspring in a matter of a week, aphid populations can increase with great speed.

DAMAGE

Low to moderate numbers of leaf-feeding aphids are usually not damaging in gardens or on trees. However, large populations cause curling, yellowing, and distortion of leaves and stunting of shoots; they can also produce large quantities of a sticky exudate known as honeydew, which often turns black with the growth of a sooty mold fungus. Some aphid species inject a toxin into plants, which further distorts growth. A few species cause gall formations.
Aphids may transmit viruses from plant to plant on certain vegetable and ornamental plants. Squashes, cucumbers, pumpkins, melons, beans, potatoes, lettuces, beets, chards, and bok choy are crops that often have aphid-transmitted viruses associated with them. The viruses cause mottling, yellowing, or curling of leaves and stunting of plant growth. Although losses can be great, they are difficult to prevent through the control of aphids because infection occurs even when aphid numbers are very low: it only takes a few minutes for the aphid to transmit the virus while it takes a much longer time to kill the aphid with an insecticide.
A few aphid species attack parts of plants other than leaves and shoots. The lettuce root aphid is a soil dweller that attacks lettuce roots during most of its cycle, causing lettuce plants to wilt and occasionally die if populations are high. The lettuce root aphid overwinters as eggs on poplar trees, where it produces leaf gallsin spring and summer. The woolly apple aphid infests woody parts of apple roots and limbs, often near pruning wounds, and can cause overall tree decline if roots are infested for several years.

MANAGEMENT

Although aphids seldom kill a mature plant, the damage and unsightly honeydew they generate sometimes warrant control. Consider the nonchemical controls discussed below; most insecticides, if used, will destroy beneficial insects along with the pest. On mature trees, such as in citrus orchards, aphids and the honeydew they produce can provide a valuable food source for beneficial insects.
Monitoring
Check your plants regularly for aphids--at least twice weekly when plants are growing rapidly. Many species of aphids cause the greatest damage when temperatures are warm but not hot (65° to 80°F). Catch infestations early. Once aphid numbers are high and they have begun to distort and curl leaves, it is often hard to control them because the curled leaves shelter aphids from insecticides or natural enemies.
Aphids tend to be most prevalent along the upwind edge of the garden and close to other sources of aphids, so make a special effort to check these areas. Many aphid species prefer the undersides of leaves, so turn them over to check them. On trees, clip off leaves from several areas of the tree to check for aphids. Also check for evidence of natural enemies such as lady beetles, lacewings, syrphid fly larvae, and the mummified skins of parasitized aphids. Look for disease-killed aphids as well: they may appear off-color, bloated, or flattened. Substantial numbers of any of these natural control factors can mean that the aphid population may be reduced rapidly without the need for treatment.
Ants are often associated with aphid populations, especially on trees and shrubs, and often are a tip-off that an aphid infestation is present. If you see large numbers of ants climbing up your tree trunks, check for aphids (or other honeydew-producing insects) on limbs and leaves above. To protect their food source, ants ward off many predators and parasites of aphids. Management of ants is a key component of aphid management and is discussed under cultural controls.
In landscape settings, aphids can be monitored by using water-sensitive paper to measure honeydew dripping from the tree. This type ofmonitoring is of particular interest where there is a low tolerance for dripping honeydew, such as in groups of trees along city streets or in parks and for tall trees where aphid colonies may be located too high to detect. See Pests of Landscape Trees and Shrubs: An Integrated Pest Management Guide. for more details on honeydew monitoring.
Biological Control
Natural enemies can be very important in the control of aphids, especially in gardens not sprayed with broad-spectrum pesticides (organophosphates, carbamates, and pyrethroids) that kill natural enemy species as well as pests. Usually natural enemy populations do not appear in significant numbers until aphids begin to be numerous.
Among the most important natural enemies are various species of parasitic wasps that lay their eggs inside aphids. The skin of the parasitized aphid turns crusty and golden brown, a form called a mummy. The generation time of most parasites is quite short when the weather is warm, so once you begin to see mummies on your plants, the aphid population is likely to be reduced substantially within a week or two.
Many predators also feed on aphids. The most well known are lady beetlelacewing, and syrphid fly. Naturally occurring predators work best, especially in a small backyard situation. Commercially available lady beetles may give some temporary control when properly handled, although most of them will disperse away from your yard within a few days.
Aphids are very susceptible to fungal diseases when it is humid. Whole colonies of aphids can be killed by these pathogens when conditions are right. Look for dead aphids that have turned reddish or brown; they have a fuzzy, shriveled texture unlike the shiny, bloated, tan-colored mummies that form when aphids are parasitized.
Weather can also impact aphids. Populations of many species are reduced by summer heat in the Central Valley and desert areas, and aphid activity is also limited during the coldest part of the year. However, some aphids may be active year round, especially in the milder, central coastal areas of California.
Cultural Control
Before planting vegetables, check surrounding areas for sources of aphids and remove them. Aphids often build up on weeds such as sowthistleand mustards, moving onto crop seedlings after they emerge. Check transplants for aphids and remove them before planting.
Where aphid populations are localized on a few curled leaves or new shoots, the best control may be to prune these areas out and dispose of them. In large trees, some aphids thrive in the dense inner canopy; pruning these areas out can make the habitat less suitable.
In some situations ants tend aphids and feed on the honeydew aphids excrete. At the same time, they protect the aphids from natural enemies. If you see ants crawling up aphid-infested trees or woody plants, put a band of sticky material (Tanglefoot, etc.) around the trunk to prevent ants from getting up. Teflon products, which are too slippery for ants to climb up, have also been used. (Note: Do not apply sticky material directly to the bark of young or thin-barked trees or to trees that have been severely pruned; the material may have phytotoxic effects. Wrap the trunk with fabric tree wrap or duct tape and apply sticky material to the wrap.) Alternatively, ant stakes or baits may be used on the ground to control the ants without affecting the aphids or their natural enemies. Prune out other ant routes such as branches touching buildings, the ground, or other trees.
High levels of nitrogen fertilizer favor aphid reproduction. Never use more nitrogen than necessary. Use less soluble forms of nitrogen and apply it in small portions throughout the season rather than all at once. Or better yet, use a urea-based, time-release formulation (most organic fertilizers can be classified as time-release products as compared to synthetically manufactured fertilizers).
Because many vegetables are primarily susceptible to serious aphid damage during the seedling stage, losses can be reduced by growing seedlings under protective covers in the garden, in a greenhouse, or inside and then transplanting them when they are older and more tolerant of aphid feeding. Protective covers will also prevent transmission of aphid-borne viruses.
Aluminum foil mulches have been successfully used to reduce transmission of aphid-borne viruses in summer squashes, melons, and other susceptible vegetables. They repel invading aphid populations, reducing numbers on seedlings and small plants. Another benefit is that yields of vegetables grown on aluminum foil mulches are usually increased by the greater amount of solar energy reflecting on leaves.
To put an aluminum mulch in your garden, remove all weeds and cover beds with aluminum-coated construction paper, which is available in rolls from Reynolds Aluminum Company. Bury the edges of the paper with soil to hold them down. After the mulch is in place, cut or burn 3- to 4-inch diameter holes and plant several seeds or single transplants in each one. You may furrow irrigate or sprinkle your beds; the mulch is sturdy enough to tolerate sprinkling. In addition to repelling aphids, leafhoppers, and some other insects, the mulch will enhance crop growth and control weeds. When summertime temperatures get high, however, remove mulches to prevent overheating plants. An alternative to aluminum-coated construction paper is to spray clear plastic mulch with silver paint. Reflective plastic mulches are also available in many garden stores.
Another way to reduce aphid populations on sturdy plants is to knock them off with a strong spray of water. Most dislodged aphids will not be able to return to the plant, and their honeydew will be washed off as well. Using water sprays early in the day allows plants to dry off rapidly in the sun and be less susceptible to fungal diseases.
Chemical Control
Insecticidal soap, neem oil, and narrow-range oil (e.g., supreme or superior parafinic-type oil) provide temporary control if applied to thoroughly cover infested foliage. To get thorough coverage, spray these materials with a high volume of water and target the underside of leaves as well as the top. Soaps, neem oil, and narrow range oil only kill aphids present on the day they are sprayed, so applications may need to be repeated. Predators and parasites often become abundant only after aphids are numerous, so applying nonpersistent insecticides like soap or oil may provide more effective long-term control. Although these materials do kill natural enemies that are present on the plant and hit by the spray, because they leave no toxic residue, they do not kill natural enemies that migrate in after the spray. These and other insecticides with only contact activity are generally ineffective in preventing damage from aphids such as the woolly apple aphid or the woolly ash aphid that are protected by galls or distorted foliage. Do not use soaps or oils on water-stressed plants or when the temperature exceeds 90°F. These materials may be phytotoxic to some plants, so check labels and test them out on a portion of the foliage several days before applying a full treatment.
Supreme- or superior-type oils will kill overwintering eggs of aphids on fruit trees if applied as a delayed dormant application just as eggs are beginning to hatch in early spring. These treatments will not give complete control of aphids and are probably not justified for aphid control alone. Earlier applications will not control aphids. Common aphid species controlled include the woolly apple aphidgreen apple aphidrosy apple aphidmealy plum aphid, and black cherry aphid.
Many other insecticides are available to control aphids in the home garden and landscape, including foliar-applied formulations of malathion, permethrin and acephate (nonfood crops only). While these materials may kill higher numbers of aphids than soaps and oils, their use should be limited because they also kill the natural enemies that provide long-term control of aphids and other pests. Repeated applications of these materials may also result in the development of resistance to the material by the aphid. Insecticides such as oils and soaps are also safer to use when children and pets may be present. Formulations combining insecticidal soaps and pyrethrins may provide slightly more knockdown than soaps alone, yet have fewer negative impacts on natural enemies than malathion, permethrin, and acephate, because pyrethrins break down very quickly. Avoid the use of diazinon and chlorpyrifos; urban garden use of these materials has been identified as a source of pollution in California’s creeks and rivers. Carbaryl is not recommended because it is not very effective against aphids. Acephate has systemic activity, which means it moves through leaves, thus it can be effective where aphids are hidden beneath curling foliage. Acephate is not registered for use on food crops in the garden because it can break down to a much more toxic material. The soil-applied systemic pesticide disulfoton is sometimes applied in roses for aphid control, but it is a highly toxic material to people.
Professional applicators can make soil injections of the systemic insecticide imidacloprid, which is quite effective against aphids infesting large street trees and not very harmful to beneficial soil organisms. Because it takes a substantial time for the product to get from the soil to the growing points of trees, applications must be made up to 2 months before problems are expected.
When considering application of pesticides for aphid control, remember that moderate populations of many aphids attacking leaves of fruit trees or ornamental trees and shrubs do not cause long-term damage. Low populations can be tolerated in most situations and aphids will often disappear when natural enemies or hot temperatures arrive. Often a forceful spray of water or water-soap solution, even on large street trees, when applied with appropriate equipment, will provide sufficient control.

Bunglon Indonesia: Bronchocela: Agamidae

Mungkin anda barusan, atau tadi pagi melihat Bunglon yang berwarna hijau, sedang bertengger dipohon, atau semak-semak, sehingga menuntun anda untuk membuka mbah google. Atau anda penasaran bagaimana cara bunglon berkembang biak, karena memang anda tidak pernah menemukan telurnya. Jangankan telurnya om, lihat batang hidungnya si bunglon ini aja udah merasa beruntung banget. Baiklah mari kita bahas lebih lanjut.
 Dari sekian banyak jenis Bunglon yang sering kita jumpai di alam liar adalah dari spesies Bronchocela sp.Jenis Bunglon paling adaptif ini masih relatif mudah ditemukan di Indonesia . bahkan saking tolerannya dia dapat hidup di pinggiran kota yang masih terdapat pohon/semak-semak. Kadal hijau berjubai ini masuk  dalam Ordo Squamata, Sub-ordo Sauria, Infra-ordo Iguania, Famili Agamidae (Draconinae) Genus Bronchocela, Spesies B. jubata (Kuhl, 1820). 
Bunglon sendiri merupakan reptil yang berdarah dingin (poikiloterm), sebagaimana kadal, biawak, buaya, tokek dan cicak. Umumnya kita mengenal literatur lama  yang berbunyi "reptil berkembangbiak dengan cara bertelur". Namun, yang membedakan adalah sebagian memang mengeluarkan telurnya (Ovipar) lalu meletakkan di tempat aman atau di sarang, sampai menetas. Sedangkan sebagian lagi menyimpan dalam perutnya hingga menetas di dalam, dan keluar sudah dalam bentuk bayi mereka (Ovovivipar). 
Anggapan tersebut tidak sepenuhnya benar, seiring perkembangan riset mengenai reptil, diketahui bahwa ada sebagian reptil yang beranak (vivipar). Bahkan ada yang berkembang biak dengan  cara tanpa melakukan pembuahan (fertilisasi) yang dikenal dengan partenogenesis. Partenogenesis adalah bentuk khusus reproduksi yang terjadi secara alami di mana sel telur mengalami  perkembangan menjadi embrio dan pertumbuhan hingga menjadi individu baru tanpa melalui fertilisasi.  
Pada musim kawin, Bunglon jantan menarik perhatian betina untuk dapat berkembangbiak dengan cara menganggukan kepala mereka, menggembungkan tenggorokan mereka, menegakkan surai mereka dan juga menampilkan warna terang mereka. Bunglon jantan dapat dikenali dengan ukuran kepala dan leher lebih besar. Betina dapat menerima atau menolak jantan. Jika betina menolak, ia mungkin akan melarikan diri atau ia juga dapat menghadapi jantan dan mendesis dengan mulut terbuka. Dia bahkan mungkin menyerang dan menggigitnya. Gigitan serius dari betina ini bisa membunuh bunglon jantan.
Sebagian besar spesies bunglon berkembang biak dengan cara bertelur ( ovipar ). Telur tersebut nantinya akan ditempatkan di terowongan atau lubang-lubang di dalam tanah atau di bawah batu atau daun. Hal ini membuat telur mereka menjadi dingin dan lembab. Setelah bertelur, betina menutupi area dengan kotoran untuk menyembunyikannya dari predator. Bunglon biasanya bertelur setelah periode kehamilan selama 3 sampai dengan 6 minggu.
Bunglon terkenal karena memiliki kemampuan untuk merubah warna kulitnya tergantung dari tempatnya. hewan ini biasanya beristirahat pada malam hari, mereka menghangatkan diri mereka saat hari dengan cara berjemur, atau beristirahat di bawah sinar matahari. Jika mereka merasa diri mereka terlalu hangat, mereka akan menurunkan suhu tubuh mereka dengan beristirahat di tempat teduh. Semua kegiatan dari hewan ini berlangsung selama siang hari.






     Jenis Bunglon paling adaptif yang sering ditemukan di Indonesia umumnya termasuk dalam Ordo Squamata, Sub-ordo Sauria, Infra-ordo Iguania, Famili Agamidae (Draconinae) Genus Bronchocela, Spesies B. jubata (Kuhl, 1820). Berdasarkan reptil database (2015), B. jubata memiliki ciri khusus yang membedakan dengan spesies yang berkerabat dekatnya B. cristatella, yaitu dengan adanya jumbai  pada bagian dorsal yang lebih panjang. Berdasarkan pengamatan kondisi normal sisik berwarna hijau daun, pada bagian dorsal berwarna  lebih cerah. Sekitar 2/3 dari panjang ekor berwarna coklat. Dalam kondisi terancam B. jubata mengalami perubahan warna menjadi coklat seluruhnya. Dari sejumlah sampel yang diukur menunjukkan panjang total yaitu 55 cm, panjang ekor 40 cm, SVL (Snout Vent Length) 15  cm; n=3. Jubai /surai punggung lebih pendek dari pada jubai tengkuk, terus  mengecil sampai ke pangkal ekor.
     Ukuran B. jubata yang ditemukan hampir sama dari data dari reptil database (2015), dengan ukuran tubuh /SVL 88,7-135,6 atau,  rata-rata 112,90, n = 51) dan panjang ekor = 344,74, n = 35. tympanum besar, lebih dari setengah diameter orbital. Sisik crest nuchal  lebih besar, membengkok dan mengarah ke belakang, lebih besar dari diameter orbital. Spesies ini ini dapat dibedakan dari jenis lainnya dengan kombinasi 5-6 sisik antara nasal dan sepanjang rostralis canthus, sisik tubuh berlunas, besar, memanjang, dengan hanya deret paling atas mengarah ke atas, yang menonjol pada tengkuk dan memiliki dorsal crest, dan Spesies ini memiliki perbedaan pada spesies jantan dan betina, dengan kantung gular besar pada jantan.

Pustaka: Najihin, M. Ishlahun, 2016. Studi Diversitas dan Kelimpahan reptil pada ekoton Kebun jeruk Sistem Konvensional, di desa Selorejo, Dau Malang. (Univ. Brawijaya)





Gambar 1Gambar 2Gambar 3


Tahukah anda bahwa ada dua jenis utama Mahoni di Indonesia. Swetenia mahagoni dan  Swietenia macrophylla
Assalamualaikum para pembaca, pastinya anda bertanya tanya mana yang benar nama ilmiah dari pohon Mahoni. Maka akan anda dapati di mesin pencari anda Swietenia mahagoni dan swetenia macrophylla . Lalu manakah yang benar? Saudara jangan tergesa-gesa menjustifikasi kalau ada 2 hal yang berbeda atau berlawanan salah satunya pasti salah. Sebab keduanya adalah benar adanya.
Memang keduanya adalah spesies yang berbeda namun sekilas sangat mirip. Swietenia mahagoni Swietenia mahagoni, umumnya dikenal sebagai Mahoni Berdaun Kecil, Mahoni Amerika, Mahoni Kuba dan Mahoni India Barat, s. Mahagoni merupakan spesies Swietenia berasal dari Florida (dan pulau-pulau di Karibia termasuk Bahama, Kuba, Jamaika, Republik Dominika dan Haiti.
Sedangkan Swietenie macrophylla memiliki ciri khas yaitu daun besar Macro(besar) Phylla(kelompok). Mungkin bisa kita artikan sebagai kelompok mahoni berdaun besar. Sebenarnya masih ada satu jenis lagi mahoni yaitu S. Humilis (humilis= pendek). Pohon relatif memiliki lebih banyak cabang
Swietenia humilis
Swietenia humilis.jpg
Kingdom:
Clade:
Clade:
Clade:
Order:
Family:
Genus:
Species:
S. humilis
Swietenia humilis
Zuccarini
Swietenia humilis


Penggunaan tercatat paling awal dari S. mahagoni adalah pada tahun 1514. Tahun ini diukir menjadi salib kasar yang ditempatkan di Catedral de Santa María la Menor di Santo Domingo, ibukota dari apa yang sekarang Republik Dominika, pada awal konstruksi gedung. Selesai sekitar 1540, itu adalah gereja tertua di Hindia Barat, dan interiornya dihiasi dengan ukiran kayu mahoni yang masih dalam kondisi hampir sempurna setelah 500 tahun di daerah tropis. [6]

Catatan lain mengacu pada penggunaan mahoni antara 1521 dan 1540, ketika penjelajah Spanyol menggunakan kayu untuk membuat kano dan untuk pekerjaan perbaikan kapal di Hindia Barat. Penggunaan tercatat berikutnya yang signifikan adalah pada 1597, mengenai perbaikan untuk kapal Sir Walter Raleigh di Hindia Barat. Penggunaan pertama yang didokumentasikan di Eropa dari mahoni Hindia Barat untuk struktur bangunan utama sebelum 1578 berada di Spanyol. Itu ditentukan untuk digunakan dalam konstruksi dan dekorasi interior salah satu tempat tinggal kerajaan termegah yang dibangun selama Renaissance di Eropa, El Escorial. Sepertinya mahluk mahoni sudah terkenal dan digunakan secara luas, karena Raja Philip II dari penasihat Spanyol mengambilnya untuk membuat pekerjaan trim interior dan perabotan rumit dari sekelompok beberapa bangunan termahal yang pernah dibangun. di Eropa: [7] "Ketika pada tahun 1578 raja memerintahkan kayu yang tidak rusak dan sangat baik - kayu cedar, eboni, mahoni, acana, guayacan dan kayu besi - dikirim untuk memperindah keistimewaan, mereka harus dibawa dari jauh oleh para budak. .. Pengiriman kayu semacam itu dilakukan pada musim panas tahun 1579 dan yang lainnya mengikuti setidaknya sepuluh tahun. "[8]

Penggunaan utama pertama mahoni di Spanyol dan Inggris adalah untuk pembangunan kapal, dan selama abad ke-18 itu adalah kayu utama yang digunakan di Eropa untuk tujuan itu. [9] Sejarah Alam Mark Catesby mendeskripsikan keunggulan mahoni dalam hal itu: "[Mahoni] memiliki Properti untuk Penggunaan itu yang mengungguli Oak, dan semua Kayu lainnya, yaitu. Durableness, menolak Gunshots, dan mengubur Shot tanpa Splintering." [10]

Dalam bukunya "The History of Barbados, etc", ilmuwan Welsh John Davies (1625–1693) mengacu pada kapal dagang sebelum tahun 1666 yang menyerukan pelabuhan Hindia Barat untuk mengambil kiriman kayu mahoni sesekali: "Beberapa master kapal yang berdagang ke Caribbies berkali-kali membawa papan dari kayu ini yang memiliki panjang dan lebar seperti itu yang dibutuhkan tetapi satu untuk membuat meja yang besar dan adil. "[11]

Konstruksi kapal
Mahoni, cedar dan kayu lainnya dikirim lebih atau kurang secara teratur dari Hindia Barat ke Spanyol jauh sebelum 1575, untuk Spanyol pada waktu itu mendominasi dunia dan permintaannya untuk kayu bangunan kapal sangat besar. Spanyol sendiri tidak memiliki kayu yang cocok untuk membangun kapal dan hubungannya yang tidak bersahabat dengan Eropa Utara membuat penarikan pasokan dari sumber itu tidak mungkin; akibatnya diperoleh kayu dari San Domingo, Kuba dan Jamaika untuk membangun banyak kapal Armada Spanyol sebelum 1588. Sejumlah kapal terbesar Spanyol dibangun dari kayu mahoni Hindia Barat. [7]

Spanyol beralih ke Kuba untuk pasokan kayu yang cocok untuk tiang kapal, karena pemberontakan di Flanders (Perang Delapan Puluh Tahun dimulai pada 1566) telah mematikan sumber itu. [8] Menurut sebuah bagian yang dikutip oleh sejarawan angkatan laut Inggris, Halton Stirling Lecky, Spanyol terus membangun kapal-kapal dari mahoni Hindia Barat selama dua ratus tahun lebih: "... Beberapa pria Spanyol perang ditangkap oleh Inggris selama pertempuran laut. Satu dari ini, Gibraltar, dari 80 senjata, yang ditangkap oleh Lord Rodney dari Cape St. Vincent dipecah di halaman dermaga kerajaan di Pembroke, dan meskipun dia pasti salah satu kapal tertua yang mengapung, namun semua logonya begitu sehat seperti ketika mereka dimasukkan

Sejarah Valentine, Propaganda Zinah dari Eropa Abad Modern

Saat ini kebanyakan telah muslim  kehilangan identitas keislamannya. baik dari penampilan, gaya hidup,  bahkan akhlak dan tingkah lakunya hanya ingin mengikuti gaya barat atau gaya orang kafir. Hal ini tidak lepas dari kekalahan politik islam yang sduah hancur lebur pasca runtuhnya kekhalifahan islam terakhir Turki usmani yang menjadi perlindungan bagi umat islam. Dari saat itu hingga kini dikampanyekan secara massiv sekulerisasi oleh barat yang nyata-nyata mengurangi fungsi islam yang kaffah menjadi hanya sebatas islam ritual yang cuma mengurus urusan ibadah murni. sementara itu urusan Ekonomi, Politik, Hukum, Pendidikan, dan lain-lain harus dipisahkan dari ajaran islam itu sendiri

Sunnatullah, Orang Muslim akan Mengikuti Jejak Orang Kafir

Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لاَ تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى تَأْخُذَ أُمَّتِى بِأَخْذِ الْقُرُونِ قَبْلَهَا ، شِبْرًا بِشِبْرٍ وَذِرَاعًا بِذِرَاعٍ  . فَقِيلَ يَا رَسُولَ اللَّهِ كَفَارِسَ وَالرُّومِ . فَقَالَ  وَمَنِ النَّاسُ إِلاَّ أُولَئِكَ

“Kiamat tidak akan terjadi hingga umatku mengikuti jalan generasi sebelumnya sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta.” Lalu ada yang menanyakan pada Rasulullah -shallallahu ‘alaihi wa sallam-, “Apakah mereka itu mengikuti seperti Persia dan Romawi?” Beliau menjawab, “Selain mereka, lantas siapa lagi?“ (HR. Bukhari no. 7319)

Dari Abu Sa’id Al Khudri radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لَتَتَّبِعُنَّ سَنَنَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ شِبْرًا بِشِبْرٍ وَذِرَاعًا بِذِرَاعٍ حَتَّى لَوْ دَخَلُوا فِى جُحْرِ ضَبٍّ لاَتَّبَعْتُمُوهُمْ , قُلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ آلْيَهُودَ وَالنَّصَارَى قَالَ : فَمَنْ

“Sungguh kalian akan mengikuti jalan orang-orang sebelum kalian sejengkal demi sejengkal dan sehasta demi sehasta sampai jika orang-orang yang kalian ikuti itu masuk ke lubang dhob (yang sempit sekalipun, -pen), pasti kalian pun akan mengikutinya.” Kami (para sahabat) berkata, “Wahai Rasulullah, apakah yang diikuti itu adalah Yahudi dan Nashrani?” Beliau menjawab, “Lantas siapa lagi?” (HR. Muslim no. 2669).

Ibnu Taimiyah menjelaskan, tidak diragukan lagi bahwa umat Islam ada yang kelak akan mengikuti jejak Yahudi dan Nashrani dalam sebagian perkara. Lihat Majmu’ Al Fatawa, 27: 286.

Syaikhul Islam menerangkan pula bahwa dalam shalat ketika membaca Al Fatihah kita selalu meminta pada Allah agar diselamatkan dari jalan orang yang dimurkai dan sesat yaitu jalannya Yahudi dan Nashrani. Dan sebagian umat Islam ada yang sudah terjerumus mengikuti jejak kedua golongan tersebut. Lihat Majmu’ Al Fatawa, 1: 65.

Imam Nawawi –rahimahullah– ketika menjelaskan hadits di atas menjelaskan, “Yang dimaksud dengan syibr (sejengkal) dan dziroo’ (hasta) serta lubang dhob (lubang hewan tanah yang penuh lika-liku), adalah permisalan bahwa tingkah laku kaum muslimin sangat mirip sekali dengan tingkah Yahudi dan Nashroni. Yaitu kaum muslimin mencocoki mereka dalam kemaksiatan dan berbagai penyimpangan, bukan dalam hal-hal kekafiran mereka yang diikuti. Perkataan beliau ini adalah suatu mukjizat bagi beliau karena apa yang beliau katakan telah terjadi saat-saat ini.”  (Syarh Muslim, 16: 219)

Larangan Tasyabbuh

Walau itu sudah jadi sunnatullah, namun bukan berarti mengikuti jejak ahli kitab dan orang kafir jadi boleh. Bahkan secara umum kita dilarang menyerupai mereka dalam hal yang menjadi kekhususan mereka. Penyerupaan ini dikenal dengan istilah tasyabbuh.

Dari Ibnu ‘Umar, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ

“Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk bagian dari mereka.” (HR. Ahmad 2: 50 dan Abu Daud no. 4031. Syaikhul Islam dalam Iqtidho‘ 1: 269 mengatakan bahwa sanad hadits ini jayyid/bagus. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih sebagaimana dalam Irwa’ul Gholil no. 1269)

Dari ‘Amr bin Syu’aib, dari ayahnya, dari kakeknya, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لَيْسَ مِنَّا مَنْ تَشَبَّهَ بِغَيْرِنَا

“Bukan termasuk golongan kami siapa saja yang menyerupai selain kami” (HR. Tirmidzi no. 2695.

Kenali Dua Jenis Teratai (Teratai Merah dan Teratai Putih) Lotus dan Nymphaea

Sahabat pembaca yang berbahagia maupun sedang susah, Di Indonesia istilah Teratai, Seroja , Lotus atau Nelumbo  dalam bahasa latin sering di...