Buah Tin merupakan salah satu tanaman original subtropis. Tin termasuk ke dalam genus Ficus, dengan nama ilmiah Ficus carica atau seringkali disebut Common fig. Didunia ini terdapat banyak jenis Ficus, Bahkan pohon beringin pun (Ficus benjamina), Awar Awar, Loa, yang seringkali dijadikan bahan bonsai pun masih kerabat dekat dengan pohon tin. Ciri khas genus Ficus adalah memiliki buah berbentuk bulat. Tin merupakan jenis tanaman perdu yang memiliki tinggi dapat mencapai 5 meter. Tin diduga berasal dari kawasan Mediterania, lebih tepatnya di tanah yang diberkahi yaitu didaerah Syam (Palestina, termasuk wilayah Occupasi Israel, Syiria, Jordania, Sebagian Iraq, ). Jadi perlu diluruskan bahwa tin bukan berasal dari jazirah Arab, dan bukan buah khas arab.
Umumnya budidaya tin di Timur tengah, Eropa, Mediterania, Afrika Utara, dan daerah lain di dunia membatasi pertumbuhan tanaman tin dengan prunning atau pemotongan ranting dan dahan, sehingga memudahkan perawatan dan pemanenan. Di daerah asalnya, yaitu di daerah 4 musim Tanaman Tin hanya berbuah sekali setahun, mulai trubus ketika musim semi, dan selanjutnya berbuah dan matang ketika musim panas. Bahkan di Jepang terkenal dengan produksi buah tin yang dilakukan didalam greenhouse, sehingga pohonnya kecil-kecil dan ramping. Meskipun demikian, dengan dukungan nutrisi, perawatan optimal yang memanjakan si Entin, sekaligus perlindungan greenhouse dari excees sinar UV, hujan, serta serangan hama, dapat dihasilkan kualitas buah yang lebih baik.
Itulah sekilas cerita kondisi tin di negeri empat musim.
Lalu bagaimana Tin beradaptasi di Indonesia negara tropis, terutama Indonesia, Malaysia , Thailand.? atau secara umum dinegara tropis lainnya? Apakah Tin dapat tumbuh lebih baik?, secara gitu loh,.. kan tanah Indonesia lebih subur dengan kondisi geografis banyak gunung berapi, kandungan zat organik tanah tinggi, ditunjang sinar matahari sepanjang tahun, curah hujan yang cukup. Ataukah yang terjadi justru sebaliknya? Baiklah mari kita bahas lebih detail lagi di paragraf selanjutnya...
Di kampung asalnya, di negeri mediteranian atau empat musim umumnya memiliki kelembapan udara yang rendah saat musim panas, itulah yang menyebabkan suhu di negara subtropis dalam bulan-bulan tertentu bahkan lebih panas dibanding daerah tropis. Alhasil dengan intensitas cahaya tinggi serta kelembapan udara rendah, laju fotosintesis dari daun tin lebih tinggi pada daerah subtropis dibanding daerah tropis. Itulah faktor yang menyebabkan kualitas buahnya juga lebih baik . Sementara itu di daerah tropis macam negeri kita ini, kelembapan udara hampir selalu tinggi, terutama di musim hujan. Hal ini menghambat proses release H2O dari stomata dikarenakan udara jenuh dengan uap air, sehingga
Lebih jauhnya lagi menjadi kondisi ideal bagi pertumbuhan fungi, salah satu OPT( Organisme Pengganggu Tanaman) dari tin, sehingga hampir semua tanaman di Indonesia tidak sehat ketika musim hujan akibat serangan fungi, terutama pada daun tin yang menyebabkan penyakit karat pada daun. Bahkan jika dibiarkan saja (tidak dipetik) daun yang terinfeksi fungi nantinya akan menyebarkan spora kepada daun yang lebih muda, sehingga pada akhirnya seluruh daun terinfeksi. Hal ini tentunya mengurangi jumlah faktor produksi dalam menyelenggarakan proses fotosintesis dan tentunya akan mengurangi sink pada buah, sehingga buah umumnya berukuran kecil.
Saat musim kemarau adalah saat terbaik untuk menghasilkan buah tin di Indonesia, dimana tersedia panas yang cukup, bahkan lebih, serta kelembapan yang lebih rendah. Namun, faktanya lagi2 masih terdapat kendala lain yakni adanya hama yang umumnya meningkat diawal sampai pertengahan musim kemarau. Hama tersebut antara lain, adanya belalang kayu coklat,hijau bahkan, berdasarkan pengamatan pribadi hampir semua jenis belalang dari kecil sampai berukuran jumbo pun turut berpartisipasi dalam memakan, kelihatannya memang doyan si belalang. Oleh karena itu harus segera dikendalikan sebelum menjadi wabah. Hal ini berbeda jika tanaman tin dibudidayakan di dalam greenhouse. Kondisi diatas akan dapat dihindarkan, tentunya juga dengan mengatur sirkulasi udara sehingga kondisi greenhouse tidak lembab. Mengingat air hujan dan embun yang lembab adalah media terbaik untuk penyebaran spora fungi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar